08128954575 - 08159286364

Minggu, 07 November 2010

di Tabloid Nova

by Alevieryzal Julias on Saturday, April 25, 2009 at 10:11pm

http://cafepojok.com/forum/showthread.php?t=18193
Ada banyak cara menambah penghasilan sekaligus menyiapkan hari tua. Contohlah pasangan Alevieryzal Julias dan Henny Sondari Meski pasangan ini sama-sama kerja kantoran, meraka punya keinginan kuat punya usaha.
"Bekerja di perusahaan swasta kan tidak selalu menjanjikan masa depan yang aman," kisah Ical panggilan Alevieryzal yang kini dipekerjakan di PPA setelah tempat kerja sebelumnya, BPPN dibubarkan. Sementara sang istri masih menjadi karyawan bank swasta. "Namun, saya punya rencana pensiun dini," tandas ibu tiga anak ini.

Punya usaha sampingan menjadi solusinya. Setelah menimang-nimang beberapa usaha, akhirnya jatuh ke bisnis rendang. Alasanya, "Usaha ini belum banyak dilirik orang, tetapi banyak peminatnya," kata Henny yang memulai usaha ini sejak tahun 2006.

Lantaran keduanya masih sebagai pegawai kantor, model pemasaran yang ditawarkan lewat pesanan. "Kami menawarkan pesanan ke teman-teman kantor." Nah, pesanan itu dimasak hari Sabtu dan Minggu. Senin baru diantar," tambah Ical yang juga pernah bekerja di sebuah bank swasta ini.
Dalam perkembangannya, ternyata pesanan tidak hanya datang dari teman-teman kantornya dan juga teman istrinya. Pasangan ini menduga, selain promosi lewat internet, orang di luar kantornya tahu dari mulut ke mulut. "Kalau masih seputar Sudirman dan Gatot Subroto, saya masih bisa antar sendiri," jelas Ical yang kini berkantor di Jalan Gatot Subroto.
Pelanggan di luar kawasan itu disarankan mengambil sendiri pesanannya di rumah ibunya di Bendungan Hilir atau bisa diantar dengan ojek atau bisa mengambil di kios. Ya, selain menerima pesanan rendang lewat telepon, pasangan ini juga membuka warung makan di Plaza Cordoba, BSD City.

Kursus ke ibu
Jangan mengira pasangan ini mulanya jago masak rendang. "Saya belajar masak rendang dari ibu saya," kata Ical yang mengaku tertarik memulai bisnis ini lantaran melihat penjaja rendang keliling. "Larisnya bukan main. Padahal, rasanya sih flat saja," tambah Henny yang kini tiap minggu bisa menerima pesanan 20 boks rendang. "Masing-masing boks berisi 1 kg daging rendang."

Ia lalu teringat kepandaian Ibu Asmy, sang bunda soal masak rendang yang sudah banyak orang membuktikannya. "Makanya sebelum memulai usaha ini saya belajar dulu masak rendang ke ibu." Semula Ical dan Henny harus "tandem" dengan ibunya memasak rendang. "Pokoknya ibu benar-benar mendampingi kami, sampai kami bisa masak rendang yang rasanya persis seperti masakan Ibu." Nah, setelah ia bisa memasak rendang yang pas, sang ibu baru melepaskan.
Ada cara unik dalam berpromosi yang dilakukan Ical dan Henny. Ia sengaja memasak rendang di kiosnya di Plaza Caordoba. Kios itu memang khusus menjual rendang dan biasanya pengunjung tak makan di tempat, tetapi dibawa pulang.

Rupanya aroma rendang yang menebar dari kios itu cukup menarik perhatian pengunjung yang lewat atau pembeli bakso di depan kiosnya. "Setelah tahu, mereka biasanya membeli rendang di kios kami. Lumayan sih, bisa promosi gratis," tandas Henny yang sengaja mendesain kiosnya sebagai warung makan, tetapi lebih banyak yang membawa pulang. "Itu lebih ringan. Jadi, begitu kami selesai masak, bisa langsung pulang," ujar Ical yang mengaku hasil usaha rendangnya itu bisa untuk biaya sekolah tiga anaknya plus untuk senang-senang.

Diaduk dengan hati
Lalu, apa sih kelebihan rendang buatan Ical dan Henny? Henny mengklaim rendang bikinannya beda dengan rendang yang ada. "Rendang kami juga lebih gurih." Pasalnya, setiap kilo daging mentah dimasak dengan santan empat butir kelapa. "Bumbunya lebih lengkap dan khas Padang. Warnanya juga cokelat tua agak kehitaman."

Rendang olahannya itu kata Henny terbuat dari daging has dalam. Selain membuat rendang daging, Henny juga membuat rendang dari limpa sapi. Daging dan limpa itu dibeli di pasar tradisional dalam kondisi segar dan sudah terpotong-potong kecil. "Rendang saya jual per kilo Rp 150.000." Hanya, Henny juga melayani pesanan ukuran setengah kilo.

Nah, untuk membuat rendang nan lezat, Ical dan Henny pun tak keberatan membagi tekniknya. Mula-mula, daging dicuci bersih lalu dicampur dengan aneka bumbu rendang yang sudah dihaluskan. Kemudian panaskan di atas api kecil hingga airnya agak mengering.

Lalu, masak air santan (diambil intinya saja) hingga kecokelatan. Masukkan daging dan aduk terus selama tujuh jam hingga matang. "Ingat apinya kecil saja supaya dagingnya tidak kaku. Cara mengaduknya pakai irama hati, ya. Kalau asal mengaduk bisa-bisa dagingnya hancur seperti abon. Rasanya akan lezat bila saat mengaduk hati kita tenang."

Soal pengadukan memang menjadi hal yang penting dalam memasak rendang. "Pernah saat suasana hati tak enak, saya mengaduk asal-asalan. Percaya atau tidak, hasilnya beda dari biasanya," kata Henny.

Dalam perkembangannya, Henny juga mengakomodasi pesanan pelanggan yang beda-beda selera. "Ada yang pesan agak asin, saya bikin asin. Ada yang mau agak manis, saya bikin agak manis. Kalau ada yang mau pedas, saya bikin pedas. Pokoknya apa yang diamui pelanggan deh," tambah Henny.
Puncak pesanan biasanya datang pada awal Ramadhan dan Lebaran. "Pesanan pasti melonjak. Mau tak mau kami harus cuti. Cuti saya habis gara-gara membuat rendang," tandas Henny sambil terkekeh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar