08128954575 - 08159286364

Selasa, 10 April 2012

Minggu, 07 November 2010

Majalah Pengusaha

di Majalah Pengusaha

by Alevieryzal Julias on Saturday, April 25, 2009 at 10:14pm
http://www.majalahpengusaha.com/content/view/213/48/

Rumah Rendang, Masih Melenggang
Wednesday, 18 July 2007
Rumah RendangSegalanya serba rendang. Dan bukanya pun hanya hari Sabtu-Minggu. Namun puluhan juta rupiah bisa dikantongi Ical dan istrinya. Wiyono

Anda pegawai atau karyawan yang nyambi berbisnis tak perlu merasa kecut karena tidak bisa total me-ngelola usaha. Kuncinya pandai-pandailah membagi waktu dan menentukan manajemen yang sesuai. Buktinya Alevieryzal Julias atau kerap disapa Ical, sukses meraup puluhan juta rupiah per bulan padahal RM. Rendang Ny. Asmi miliknya hanya buka dua hari saja dalam seminggu, yakni hari Sabtu dan Minggu. Pegawai di salah satu perusahaan pemerintah ini merelakan hari liburnya dikorbankan untuk berbelanja, memasak, dan mengantarkan pesanan.
Sehari-hari karyawan PT. Perusahaan Pengelolaan Aset ( PPA/ badan pengganti BPPN-red) tersebut ngantor sebagaimana pegawai lainnya dan baru pada akhir pekan ia sibuk di kios masakan rendang yang berlokasi di Plaza Cordoba, area perbelanjaan yang terletak pinggir jalan di bilangan Serpong, Tangerang bersama istrinya, atau pun mengantarkan pesanan. Pagi-pagi ia berbelanja bahan-bahan, daging, kelapa, dan berikut bumbu-bumbunya ke pasar. Aktifitas seperti itu dilakukannya sejak beberapa bulan yang lalu. “Kalau yang lain-lain beristirahat, pada akhir pekan kita malah sibuk bekerja, Pak,” selorohnya.

Ikhwal latar-belakang bisnis yang dijalankan Ical menyebutkan hal itu berangkat dari kesadaran bahwa posisi seorang karyawan kerap kali rawan terjadinya PHK. Pengalaman kerja di BPPN yang kemudian dibekukan, meskipun kemudian berope-rasi dengan berganti nama menjadi perusahaan baru memberikan pelajaran yang berharga. “Kebetulan saya teringat ibu saya pintar membuat rendang yang khas dan setiap kali ada tetangga yang mau pesta sering minta dibuatkan,” ia beralasan. Demikian pula ketika ia coba-coba membawa rendang ke kantor, ternyata banyak teman-teman sekerja yang menyukai. Akhirnya selama sebulan ia beserta istrinya kursus kepada ibunya belajar resep masakan daging bersantan yang dimasak hingga kering tersebut.

Menurut Ical rendang bikinannya memiliki keistimewaan dibandingkan dengan yang biasa dijual di rumah-rumah makan Padang. Hal yang wajar karena di restoran Padang rendang bukan menjadi satu-satunya menu andalan. Sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk mengolah rendang yang khas bisa berkisar antara 6 hingga 8 jam. Lazimnya, untuk memasak satu kilogram daging hanya membutuhkan 2 butir kelapa. Tetapi Ical dan istrinya memakai 3 hingga 4 butir kelapa tua untuk tiap kilogram daging. “Agar santan yang dihasilkan cukup banyak dan rasanya manis,” ungkap suami Heni Sondari.

Dikarenakan tidak buka tiap hari, warung rendang Ical lebih banyak melayani pesanan. Meskipun selalu tersedia lengkap rendang, nasi, sambal dan lalapan, tetapi pembeli yang makan di tempat rata-rata bisa dihitung. Per kilo rendang dijual Rp 125.000 dan setiap minggu mampu menghabiskan 20 kg daging dengan omset Rp 10 juta-Rp 12,5 juta sebulan. Selain sekitar tempat tinggal, permintaan kadang-kadang juga dari luar kota dan pa-ling jauh hingga ke Pekalongan, Jawa Tengah. Banyaknya pesanan rata-rata 2-5 kg. Pembeli biasanya menelpon atau mengirim SMS sebelum mengambil pesanan atau bisa juga diantarkan langsung bila rumahnya cukup dekat. Pelanggan umumnya mengenal cukup dari mulut ke mulut. Di samping itu, dengan posisinya sebagai orang kantoran malah memungkinkan bertemu dengan banyak orang luar. “Rumah makan Padang banyak, tetapi yang khusus jualan rendang belum ada,” da-lihnya kenapa jualannya laku.

di Tabloid Nova

by Alevieryzal Julias on Saturday, April 25, 2009 at 10:11pm

http://cafepojok.com/forum/showthread.php?t=18193
Ada banyak cara menambah penghasilan sekaligus menyiapkan hari tua. Contohlah pasangan Alevieryzal Julias dan Henny Sondari Meski pasangan ini sama-sama kerja kantoran, meraka punya keinginan kuat punya usaha.
"Bekerja di perusahaan swasta kan tidak selalu menjanjikan masa depan yang aman," kisah Ical panggilan Alevieryzal yang kini dipekerjakan di PPA setelah tempat kerja sebelumnya, BPPN dibubarkan. Sementara sang istri masih menjadi karyawan bank swasta. "Namun, saya punya rencana pensiun dini," tandas ibu tiga anak ini.

Punya usaha sampingan menjadi solusinya. Setelah menimang-nimang beberapa usaha, akhirnya jatuh ke bisnis rendang. Alasanya, "Usaha ini belum banyak dilirik orang, tetapi banyak peminatnya," kata Henny yang memulai usaha ini sejak tahun 2006.

Lantaran keduanya masih sebagai pegawai kantor, model pemasaran yang ditawarkan lewat pesanan. "Kami menawarkan pesanan ke teman-teman kantor." Nah, pesanan itu dimasak hari Sabtu dan Minggu. Senin baru diantar," tambah Ical yang juga pernah bekerja di sebuah bank swasta ini.
Dalam perkembangannya, ternyata pesanan tidak hanya datang dari teman-teman kantornya dan juga teman istrinya. Pasangan ini menduga, selain promosi lewat internet, orang di luar kantornya tahu dari mulut ke mulut. "Kalau masih seputar Sudirman dan Gatot Subroto, saya masih bisa antar sendiri," jelas Ical yang kini berkantor di Jalan Gatot Subroto.
Pelanggan di luar kawasan itu disarankan mengambil sendiri pesanannya di rumah ibunya di Bendungan Hilir atau bisa diantar dengan ojek atau bisa mengambil di kios. Ya, selain menerima pesanan rendang lewat telepon, pasangan ini juga membuka warung makan di Plaza Cordoba, BSD City.

Kursus ke ibu
Jangan mengira pasangan ini mulanya jago masak rendang. "Saya belajar masak rendang dari ibu saya," kata Ical yang mengaku tertarik memulai bisnis ini lantaran melihat penjaja rendang keliling. "Larisnya bukan main. Padahal, rasanya sih flat saja," tambah Henny yang kini tiap minggu bisa menerima pesanan 20 boks rendang. "Masing-masing boks berisi 1 kg daging rendang."

Ia lalu teringat kepandaian Ibu Asmy, sang bunda soal masak rendang yang sudah banyak orang membuktikannya. "Makanya sebelum memulai usaha ini saya belajar dulu masak rendang ke ibu." Semula Ical dan Henny harus "tandem" dengan ibunya memasak rendang. "Pokoknya ibu benar-benar mendampingi kami, sampai kami bisa masak rendang yang rasanya persis seperti masakan Ibu." Nah, setelah ia bisa memasak rendang yang pas, sang ibu baru melepaskan.
Ada cara unik dalam berpromosi yang dilakukan Ical dan Henny. Ia sengaja memasak rendang di kiosnya di Plaza Caordoba. Kios itu memang khusus menjual rendang dan biasanya pengunjung tak makan di tempat, tetapi dibawa pulang.

Rupanya aroma rendang yang menebar dari kios itu cukup menarik perhatian pengunjung yang lewat atau pembeli bakso di depan kiosnya. "Setelah tahu, mereka biasanya membeli rendang di kios kami. Lumayan sih, bisa promosi gratis," tandas Henny yang sengaja mendesain kiosnya sebagai warung makan, tetapi lebih banyak yang membawa pulang. "Itu lebih ringan. Jadi, begitu kami selesai masak, bisa langsung pulang," ujar Ical yang mengaku hasil usaha rendangnya itu bisa untuk biaya sekolah tiga anaknya plus untuk senang-senang.

Diaduk dengan hati
Lalu, apa sih kelebihan rendang buatan Ical dan Henny? Henny mengklaim rendang bikinannya beda dengan rendang yang ada. "Rendang kami juga lebih gurih." Pasalnya, setiap kilo daging mentah dimasak dengan santan empat butir kelapa. "Bumbunya lebih lengkap dan khas Padang. Warnanya juga cokelat tua agak kehitaman."

Rendang olahannya itu kata Henny terbuat dari daging has dalam. Selain membuat rendang daging, Henny juga membuat rendang dari limpa sapi. Daging dan limpa itu dibeli di pasar tradisional dalam kondisi segar dan sudah terpotong-potong kecil. "Rendang saya jual per kilo Rp 150.000." Hanya, Henny juga melayani pesanan ukuran setengah kilo.

Nah, untuk membuat rendang nan lezat, Ical dan Henny pun tak keberatan membagi tekniknya. Mula-mula, daging dicuci bersih lalu dicampur dengan aneka bumbu rendang yang sudah dihaluskan. Kemudian panaskan di atas api kecil hingga airnya agak mengering.

Lalu, masak air santan (diambil intinya saja) hingga kecokelatan. Masukkan daging dan aduk terus selama tujuh jam hingga matang. "Ingat apinya kecil saja supaya dagingnya tidak kaku. Cara mengaduknya pakai irama hati, ya. Kalau asal mengaduk bisa-bisa dagingnya hancur seperti abon. Rasanya akan lezat bila saat mengaduk hati kita tenang."

Soal pengadukan memang menjadi hal yang penting dalam memasak rendang. "Pernah saat suasana hati tak enak, saya mengaduk asal-asalan. Percaya atau tidak, hasilnya beda dari biasanya," kata Henny.

Dalam perkembangannya, Henny juga mengakomodasi pesanan pelanggan yang beda-beda selera. "Ada yang pesan agak asin, saya bikin asin. Ada yang mau agak manis, saya bikin agak manis. Kalau ada yang mau pedas, saya bikin pedas. Pokoknya apa yang diamui pelanggan deh," tambah Henny.
Puncak pesanan biasanya datang pada awal Ramadhan dan Lebaran. "Pesanan pasti melonjak. Mau tak mau kami harus cuti. Cuti saya habis gara-gara membuat rendang," tandas Henny sambil terkekeh.

Jumat, 07 Agustus 2009

Rumah Rendang Ny. Asmi


Rumah Rendang Ny.Asmi jual makanan khusus rendang minangkabau yang rasanya sangat enak dan tidak ada duanya. Rendang dibuat dengan cara tradisional dengan waktu pemasakan 6-7 jam dan menggunakan kentang kecil-kecil sehingga menggugah selera makan anda... Cobalah.....anda pasti ketagihan dan ingin mencoba lagi!!!!!!

Telah di ulas di Tabloid Saji, Nova, Majalah Pengusaha dan Harian Merdeka.

Pesan dan Hubungi kami di no:
08128954575 - 08159286364

Plaza Cordoba Blok K No.11 - Sektor 14, Nusaloka-BSD City Tangerang Selatan